ANTARA CINTA DAN TINJA

ANTARA CINTA DAN TINJA

Semua telah tiba pada ambang
yang tak bertepi, pada sisi kelam
sepotong roti dan sepotong lilin yang sunyi
ketika tembang mengambang di antara
sihir kuno dan peradaban modern

Saat baju ziarah seorang demonstran
yang bertuliskan lawan bertembus cinta,
ia lari dari medan, merengek di pangkuan ibunya
yang sudah meninggal empat tahun silam,
tapi semuanya hanya tinggal tangis
sebab ia lupa membawa lari peradaban yang ia curi
dari gelanggang pertempuran.

Lalu ketika langit merah di ujung timur
kembali ia mengeja cinta ditengah pertempuran baru
pada babak yang baru saja dimulai
kembali ia mengeja sisa dari kosa kata
yang dulu pernah ia berikan pada setangkai mawar
meski akhirnya hanya dongeng pendek yang bisa ia
utarakan pada batu nisan ibunya
cerita dari setiap peperangan, tentang dua ayam jago
yang berani berduel untuk kesejatian
tentang kekalahan dan sebuah ideologi, bahkan tentang kata itu sendiri
yaitu tinja yang keliru ia maknai cinta.

Lalu ia berkata. Ayo…
mari kita teguk segelas kata terakhir ini
untuk kekalahan dan rasa pecundang yang pernah
lekat di hati, agar semuanya menjadi jelas
agar tak ada keabu abuan antara tinja dan cinta.
Ucapnya pada sunyi.

Lalu gerimis semakin deras
Menutup cerita dengan langit kelam tanpa
dawai


Fudaili
15 Juni 2007

Tinggalkan komentar